Minggu, 03 Mei 2009

005. Tersenyum Lebih Kejam Dari Membunuh

Terinspirasi dari pepatah "Fitnah lebih kejam dari membunuh".... tapi itu kuno ....!!! Sekarang Tersenyum bisa lebih kejam dari membunuh .... dan bukan tersenyum diatas penderitaan orang lain (yang ini juga kuno ..!!!). Tersenyum disini masih berkaitan dengan judul sebelumnya "senyum = marah" tapi dalam tempat dan waktu yang berbeda, ceritanya begini : *)

Setelah 2 1/2 tahun bertugas di kota "Alfa", saya mutasi ke kota "Beta" masih di IBT namun dengan situasi dan kondisi yang berbeda dengan kota Alfa. Lingkungan kerja saya sebagian besar orang jawa dan sulawesi ....

Setelah bertugas kurang lebih 1 bulan, saya mulai mengerti dengan baik situasi dan konsisi lingkungan kerja, dan sampailah pada kesimpulan bahwa mereka harus berubah dan kalau situasi seperti ini terus berlangsung akan merepotkan ..... telah disampaikan bahwa lingkungan kerja saya adalah orang jawa dan sulawesi, tetapi cara kerja dan cara berpikir tidak jauh berbeda dengan teman2 di kota Alfa .... inilah yang harus saya rubah.

Hal ini pernah saya tanyakan dengan rekan yang saya gantikan (mr.Ng) ... menurut mr.Ng "Gung ... sing waras ngalah" tetapi saya berpendapat lain "Sing edan diwaras'ke" ...karena menurut saya sebenarnya mereka tidak edan tetapi setengah edan dan pura-pura edan ... berbeda dengan teman-teman di kota Alfa, mereka benar-benar lugu dan bukan pura-pura lugu ataupun setengah lugu ...!!!
Saya juga menerima telpon dari beberapa teman dari Kota Alfa, katanya mereka ditelpon oleh beberapa pekerja di kota Beta yang menanyakan apakah waktu saya di kota Alfa suka marah-marah dan sehari bisa marah berkali-kali..... Terus terang teman2 dikota Alfa sangat tidak percaya kalau saya bisa marah, karena 2 1/2 tahun di kota Alfa saya tidak pernah marah, tetapi hanya tersenyum.

Kemudian pada kesempatan pertemuan rutin bulalan, saya ajukan penawaran kepada mereka. Sebe;um mengajukan penawara terlebih dulu saya ceritakan pengalaman waktu bertugas di kota Alfa ... dengan gagah dan terpingkal-pingkal mereka tertawa. kemudian mulailah saya sampaikan fakta2 dan penawaran sbb:
  • bahwa "kalian sebenarnya ngak beda jauh dengan teman2 di kota Alfa ... malahan kalian itu bukannya lugu atau setengah lugu, tetapi setengah edan dan pura2 edan ...!"
  • Mengapa saya selalu marah-marah, itu semua karena kalian setengah edan dan pura2 edan.
  • Mengapa mereka (teman di Kota Alfa) heran waktu kalian telpon bahwa saya suka marah, karena di sana saya cukup tersenyum saja (senyum = marah).
Kemudian saya tawarkan kepada mereka, pilih mana :
  • Saya "Tersenyum"seperti waktu di kota Alfa, yang artinya kalian saya persamakan dengan teman2 di kota Alfa (dg kata lain ke jawa-an dan ke sulawesi-an kalian tidak saya akui, yang saya akui ke "katrok-an" kalian ... maka saya cukup tersenyum saja)
  • atau saya "Marah", yang berarti kalian saya akui ke jawaannya dan ke sulawesiannya (dg kata lain dimata saya kalian bukan orang katrok, tetapu orang waras yang ditegus kalau salah dan dimarahi kalau ndableg)
Akhirnya mereka memahani mengapa saya si kota Alfa kelihatan baik dan tidak pernah marah, sedangkan di kota Beta saya kelihatan menyebalkan karena suka marah..... Kemudina mereka secara bulat "memperbolehkan saya marah dan melarang saya tersenyum".
Singkat kata selama 3 tahun bertugas di kota Beta ... saya merasakan perubahan yang cukup besar dari perilaku edan, setengah edan ataupun pura2 edan menjadi waras dan lumayan waras.

Ada hal yang menarik, setelah kita merasa sepaham ... akhirnya kalau ada yang edan, setengah edan, atau pura2 edan (baca "salah, melanggar aturan, tdk disiplin") ... kadang2 saya cukup tersenyum, ybs pasti berkata .... "bos senyumanmu lebih kejam dari pembunuhan" dan pasti saat itu juga langsung berupaya memperbaiki kesalahannya.




*) Tanpa bermasud menyepelekan atau merendahkan suatu golongan masyarakat tertentu, ini semua disampaikan untuk meningkatkan motivasi dan kinerja rekan kerja saya waktu itu ... mudah2an bermanfaat.


Tidak ada komentar: